Etnik dan Kebudayaan
Seringkali
kita mendengar kata budaya dan etnik, namun apa pengertian dari
budaya dan etnik dan apa wujud dari budaya atau kebudayaan dalam kehidupan
sehari-hari? Berikut ini akan membahas pengertian dari budaya dan etnik atau
etnis serta wujud dan komponen budaya.
Pengertian Etnik dan Kebudayaan
Pengertian
atau definisi Etnik adalah seperangkat keadaan atau kondisi spesifik yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu
atau kelompok etnik. Yang dimaksud dengan sekelompok etnik adalah
sekumpulan orang atau individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta
menurunkannya kepada generasi mereka yang berikutnya.
Yang perlu
diketahui adalah Etnik itu sendiri berbeda dengan ras. Yang dimaksud dengan Ras
adalah merupakan sistem pengelompokkan atau pengklasifikasian manusia menurut
karakteristik dari segi fisik, pigmentasi atau warna kulit, bentuk dari tubuh,
bentuk pada wajah, bulu yang pada tubuh, dan bentuk dari kepala. Sedangkan,
yang dimaksud dengan budaya adalah merupakan keyakinan dan perilaku yang diturunkan
dan atau diajarkan manusia kepada generasi mereka berikutnya.
Yang dimaksud dengan kebudayaan adalah merupakan keseluruhan gagasan dan hasil karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya.
Yang dimaksud dengan kebudayaan adalah merupakan keseluruhan gagasan dan hasil karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya.
Pendapat tentang kebudayaan menurut E.B. Tylor, mengatakan bahwa :
"kebudayaan adalah merupakan keseluruhan yang kompleks/menyeluruh, yang di dalamnya terdapat unsur pengetahuan, kesenian, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, dan juga kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat tertentu."Berdasarkan konsep budaya Leininger, memaparkan tentang karakteristik budaya yang dapat digambarkan sebagai berikut :
- Budaya adalah merupakan pengalaman yang bersifat universal atau umum sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis.
- Budaya mempunyai sifat tetap atau stabil, dan juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi mereka yang berikutnya sehingga mereka dapat mengalami perubahan.
- Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan kelompok individu manusia itu sendiri tanpa disadari.
Pengertian kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Perwujudan dari
kebudayaan adalah barang atau benda-benda yang diciptakan oleh manusia atau
individu sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalya pola-pola perilaku tertentu, bahasa tertentu, peralatan
hidup, organisasi sosial, kepercayaan dan religi, seni, dan lain-lain, yang
seluruhnya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
mereka dalam bermasyarakat.
STEREOTIPE
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.
1. Batak
Namun, stereotipe dapat berupa pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut.
Kelompok-kelompok ini dinamakan ingroup dan outgroup, dimana ingroup adalah beberapa orang yang berada di dalam sebuah kelompok, sedangkan outgroup adalah orang-orang yang berada di luar kelompok tersebut.
Sebagian beranganggapan bahwa segala bentuk stereotipe adalah negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.
Para humanis berorientasi psikoanalisis, semisal Sander Gilman menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya.
Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.
Berikut adalah beberapa stereotipe mengenai etnis-etnis di Indonesia, baik dari ingroup maupun outgroup.1. Batak
1. Orang Batak mengaku sebagai suku yang paling toleran di seluruh Indonesia. Karena itu menurut mereka, kerusuhan dengan motif etnik maupun agama tidak akan masuk ke “tanah air” mereka. Sudah menjadi hal yang lazim di sana bahwa orang Muslim membantu orang Kristen yang merayakan Natal, dan sebaliknya orang Kristen juga membantu orang Muslim yang merayakan Lebaran. Toleransi itu terjadi karena ada pertalian adat atau dalihan na tolu yang sangat kuat dipegang oleh orang Batak. Secara umum orang Batak mengaku tidak punya masalah dengan etnik-etnik yang lain, termasuk dengan etnik Tionghoa.
2. Orang Batak dikatakan suka berbicara dengan suara yang keras agar diperhatikan orang lain (bahkan ada yang mengidentikkan suka berbicara ini dengan suka membual).
3. Orang Batak itu pemberani dan agresif, mereka berani dalam mengemukakan pendapat sendiri walaupun mereka berada di dalam kedudukan minoritas, orang batak tidak akan terkalahkan oleh kaum yang mayoritas.
4. Orang Batak itu kasar, ini tampak dari kebiasaan mereka yang suka berbicara keras-keras dan suka berkelahi di depan orang lain dan pernyataan ini di dukung dengan perawakan mereka misalnya bentuk dan ekspresi muka.
2. Jawa
1. Orang Jawa juga mengaku sebagai etnik yang paling toleran dan paling mudah beradaptasi. Dalam soal hubungan antaretnik, orang Jawa merasa tidak punya masalah dengan kelompok etnik mana saja.
2. Stereotipe orang Jawa adalah lamban dan masa bodoh.
3. Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.
1. Bicara tentang
Minang berarti bicara tentang Islam. Sebab orang Minang itu bisa dikatakan
semuanya memeluk Islam. Orang Minang
yang tidak Islam itu secara etnis tetap Minang, tapi dia “dilempar” dari
sukunya. Ada dua tali di Minangkabau, yaitu tali darah dan tali adat. Tali
darahnya Islam, dan tali adatnya budaya Minang.
2. Etnis Minang
disebut memiliki fanatisme kesukuan karena mereka suka membantu orang
sekampung,
3. Etnis Minang
itu rela tidur di emper-emper dan berdagang sampai berpeluh-peluh asalkan bisa mengirimkan penghasilannya ke
kampung halaman.
4. Sikap
dagangnya kuat, tidak ada tawar menawar bagi mereka.
5. Orang Minang
itu culas dan licik, seperti ada pernyataan yang mengatakan “tahimpik di ateh,
takuruang di lua” ( terhimpit di atas, terkurung di luar).
1. Orang Tiong
Hoa rajin, ulet dan serius.
Etnis tiong
hoa di Indonesia dan di seluruh dunia itu sudah sebagai perantau sejak ratusan
tahun yang lalu. Mau tak mau mereka menjadi rajin dan ulet. Semakin hidup sulit
semakin ulet, kalau tidak akan putus karena mereka mengalami diskriminasi di
negara orang lain. Kalau etnis tiong hoa di negaranya sendiri mungkin juga ada
yang malas karena merasa santai di negeri sendiri. Karena keuletannya tersebut
semua etnis tiong hoa dianggap kelas menengah ke atas, dianggap orang kaya.
Padahal dalam struktur sosial China, menjadi pedagang adalah pekerjaan yang
paling rendah disana.
Ada yang
mengatakan etnis tiong hoa itu bersifat industrial dan ada juga yang melabel
etnis ini sebagai etnis yang commercial.
2. Orang Tiong
Hoa tidak nasionalis, mereka seringkali memakai bahasa daerah dalam kehidupan
sehari-hari bahkan di tempat umum sekalipun.
3, Orang Tiong
Hoa selalu ingin duluan, misalnya mereka tidak mau antri, maunya nyerobot,tidak
mau ikut aturan main.
4. Etnik yang
paling aman dari persoalan disintegritas bangsa, sebab etnik ini telah menyebar
ke seluruh Indonesia.
5. Orang Tiong
Hoa yang menganggap rendah masyarakat pribumi.
5. Aceh
1. Etnik Aceh
mengklaim etniknya sendiri sebagai etnik yang toleran. Toleransi antaretnik dan
agama adalah hal yang sangat dijunjung tinggi di sana. Karena itu, menurut
mereka, di Aceh tidak akan terjadi konflik etnik atau agama. Orang Budha,
Hindu, Kristen, atau siapa saja yang sembahyang di depan rumah mereka, tidak
akan diganggu. Orang Aceh juga tidak menganggap ada sentimen antaretnik di
sana. Yang jadi masalah adalah kalau budaya dan kultur Aceh diinjak-injak,
seperti (menurut mereka) yang dilakukan oleh pemerintah pusat selama ini.
Seperti
pernyataan atau istilah kata dalam bahasa aceh “ureng aceh bek sigepih
dipesakit hatejih” (orang aceh jangan sekalipun disakiti hatinya),
2. Etnis Aceh
terkenal sebagai bangsa yang gagah berani. Keterlibatan orang Aceh dalam perang
di masa lalu tidak hanya untuk kalangan
laki-laki dan orang dewasa saja, tetapi juga terlibat kaum perempuan, yang
banyak yang menjadi panglima perang di Aceh pada saat itu. Di situlah dapat
kita melihat bahwa sifat Heroisme itu sangat kental dan hampir menyeluruh.
Salah satu
kelebihan lainnya yang dimiliki oleh orang Aceh adalah kerja keras dan pantang
menyerah. Jika dilihat dari aspek sosial, maka gerak bisnis orang Aceh sudah
dimulai sejak pukul empat pagi, khususnya ketika warung kopi dibuka. Disini
dapat diketahui bahwa mereka yang menjual sarapan pagi tentu bangun lebih pagi
daripada jadwal mereka harus membuka warung. Sehingga kadang kala, mereka boleh
jadi bangun pada jam 2 pagi. Ini menandakan bahwa orang Aceh begitu kuat
kemauannya dalam mencari nafkah. Ini belum lagi jika kita lihat masyarakat
nelayan yang pagi buta sudah pergi berlayar, yang kadang kala juga jarang
diselingi dengan shalat subuh.
3. Etnis aceh
memiliki rasa kesukuan yang sangat menonjol (sukuisme/provinsialisme),
membanggakan sesama etnisnya, dan saling menjunjung tinggi adat dan agama.
Contohnya saja masih berlakunya syari’ah islam.
4. Orang aceh
berwatak keras, ingin menang sendiri, dan egois.
5. Etnis aceh
berdarah panas atau suka marah-marah dan mau menang sendiri.
DAMPAK STEREOTIP
Stereotip dapat memberikan dampak
sebagai berikut :
1. Stereotip dapat mempengaruhi apa yang
kita rasakan dan kita ingat yang
berhubungan dengan tindakan
orang-orang dari kelompok lain.
2. Stereotip dapat membentuk penyederhanaan
gambaran secara berlebihan pada anggota
kelompok lain. Individu cenderung menyamakan perilaku individu-individu
kelompok lain sebagi tipikal yang sama.
3. Stereotip dapat menimbulkan
pengkambinghitaman.
4. Stereotip kadangkala memang memiliki
derajat kebenaran yang cukup tinggi, namun sering tidak berdasar sama sekali.
Mendasarkan pada stereotip bisa menyesatkan. Lagi pula stereotip biasanya
muncul pada orang-orang yang tidak mengenal sungguh-sungguh etnik lain.
SUMBER :
https://id.wikipedia.org/wiki/Stereotipe
http://galuhandywicaksono.blogspot.com/2016/12/stereotip-dan-etnik.html
https://pupunsaid.wordpress.com/2013/05/13/stereotipe-beberapa-etnis-di-indonesia/
http://rumahbelajarparamuda.blogspot.com/2016/11/keragaman-etnik-dan-budaya-kls-7-bab-1.html
http://galuhandywicaksono.blogspot.com/2016/12/stereotip-dan-etnik.html
https://pupunsaid.wordpress.com/2013/05/13/stereotipe-beberapa-etnis-di-indonesia/
http://rumahbelajarparamuda.blogspot.com/2016/11/keragaman-etnik-dan-budaya-kls-7-bab-1.html




Komentar
Posting Komentar